0

Mengapa Iblis Terkutuk

Sabtu, 30 April 2011


























Allah mensyariatkan kita untuk meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan yang terkutuk
"Mintalah perlindungan kepada Allah dari Syaithan yang terkutuk". (Q.S. An-Nahl: 98)
Termasuk dalam kata syaithan disini adalah Iblis la'natullah 'alaihi, yang merupakan sang pimpinan tertinggi syaithan, sekaligus nenek moyang mereka.
Alloh ta'ala menangguhkan kematiannya sampai hari kiamat. Dengan umur yang begitu panjang di dunia ini tidak henti-hentinya ia mengajak kedalam kemunkaran.
Siapakah Iblis itu ?
Kenapa ia bisa menjadi makhluk yang sangat dimurkai oleh Allah ta'ala?
Dahulu iblis termasuk penduduk surga, tetapi Allah Yang Maha Mengetahui batin Iblis yang dipenuhi kesombongan.
Merupakan sebuah hikmah Allah untuk menampakkan kebusukan Iblis ini. Allah pun berkehendak menguji Iblis. Karena dengan ujian akan terpisahkan antara yang baik dengan yang buruk. Maka, Allah menciptakan Adam Alaihissalam dari tanah, kemudian Allah memerintahkan Iblis dan para malaikat untuk bersujud kepada Adam.
Allah berfirman :
"Dan ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam, maka mereka pun bersujud (kepada Adam) kecuali Iblis, ia enggan dan menyombongkan diri dan termasuk dari orang-orang yang kafir". (Q.S. Al-Baqarah: 34)
Yang patut kita cermati dan kita renungkan adalah, apa sebab Iblis berani melakukan hal tersebut?
Dua perkara yang menjadi sebab pokok, adalah :
SIKAP SOMBONG
Allah berfirman : "ia enggan dan menyombongkan diri dan ia termasuk dari orang-orang yang kafir". (QS. Al-Baqarah: 34)
Kesombongan yang ada pada Iblis inilah akar penyakitnya, penyakit jiwa yang akan menghalangi seseorang dari masuk ke dalam Surga, sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, "Tidak akan masuk surga seseorang yang ada di dalam hatinya sedikit kesombongan". (HR.Muslim)
Allah juga berfirman :
"Itulah negeri akhirat yang kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan". (QS. Al-Qashash: 83)
MENDAHULUKAN HAWA NAFSUNYA DARI PADA PERINTAH ALLAH

Iblis beralasan tatkala ia enggan sujud kepada Adam,
"Apakah aku harus bersujud kepada seseorang yang engkau ciptakan ia dari tanah?" (QS. Al-Isra': 61)
Alloh juga menghikayatkan ucapannya, "Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah".(QS. Al-A'raf: 12)
Dalam prasangka dan akal Iblis, dirinya lebih baik dan mulia daripada Adam. Dimana, Adam nerasal dari tanah sedangkan Iblis berasal dari api. Iblis mengira bahwa api lebih baik dari tanah. Sehingga, makhluk yang diciptakan dari api tidak pantas untuk tunduk bersujud dan mengangungkan makhluk yang Allah ciptakan dari tanah. Dari sini kita ketahui bahwa ia lebih mendahulukan hawa nafsu, akal dan pendapatnya daripada tunduk terhadap perintah Allah.
Berbeda dengan keadaan para malaikat yang lebih mendahulukan ketundukan terhadap perintah Allah daripada akal dan pendapat mereka. Padahal, sebelumnya mereka pun tidak setuju atas penciptaan Adam. Mereka mengatakan kepada Allah :
"Mereka (malaikat) berkata, 'Apakah Engkau akan menjadikan di sana orang-orang yang merusak dan menumpahkan darah sedangkan kami senantiasa memujiMu dan mengagungkanMu?" (QS. Al-Baqarah: 30)
Para pembaca yang budiman, marilah perhatikan diri kita masing-masing apakah kita selama ini terjangkiti dengan penyakit ini.
Sungguh, kita dapat memahami dengan sekelumit pembahasan ini bahwa makhluk akan dilaknat oleh Allah, dijauhkan dari surganya, dan berhak mendapat adzab Allah disebabkan sikap sombong -yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia- serta lebih mengedepankan hawa nafsunya daripada tunduk terhadap perintah Allah.
Wallahuta'ala 'alam
Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari penyakit hati ini, sesungguhnya kepada-Nya lah tempat kita mengadu dan meminta pertolongan.

sumber
0

Batu Sandungan

Jumat, 29 April 2011





















Dikisahkan, ada seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi. Seringkali karena hal-hal sepele, dia mudah tersinggung dan marah, bahkan bila perlu berkelahi dengan orang lain yang dianggap telah menghinanya. Orangtuanya berkali-kali  menasihati agar belajar bersabar dan mau mengerti orang lain, tetapi si anak tidak menggubris dan menganggapnya sebagai angin lalu.

Suatu hari saat berkendara di jalan raya, sepeda motor yang dikendarai bersama temannya dilanggar oleh orang lain. Sifat pemarahnya pun muncul. Dengan perasaan jengkel, segera saja motor itu dikejar dan dipepet dengan tingkah sok jagoan. Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang tadi meminggirkan motornya, dia pun tancap gas sambil tertawa terbahak-bahak.

Tidak lama kemudian terdengar teriakan nyaring disertai bunyi benda terjatuh keras. Rupanya karena tidak konsentrasi pada jalanan, terjadilah kecelakaan yang melukai dirinya sendiri serta teman yang dibonceng. Akibat kecelakaan itu, teman yang dibonceng terpental dan mengalami luka yang cukup parah. Dia sendiri hanya mengalami luka ringan, sedangkan motornya rusak tidak karuan.

Saat menengok teman yang dirawat di rumah sakit, dia berjumpa dengan orangtua temannya. Dengan tersipu malu dia berkata, “Maafkan saya Pak, Bu. Saya yang mengendarai dan merusakkan motornya, serta mencelakai Anto. Semua salah saya. Saya akan berusaha meminta orangtua saya untuk membantu biaya perbaikan motor dan biaya perawatan di rumah sakit ini.”

Ayah si teman menjawab dengan sabar, “Anak muda. Bapak tidak mempermasalahkan biaya rumah sakit dan perbaikan motor. Walaupun harus mengeluarkan uang, itu semua bisa diselesaikan. Yang penting, kita harus bersyukur karena kalian selamat dan hanya mengalami luka-luka yang tidak membahayakan nyawa.

Bapak hanya ingin mengingatkan kepada kalian, bahwa hidup ini adalah berkat! Berkat yang tidak boleh disia-siakan oleh siapapun. Maka paling sedikit, berusahalah bermanfaat bagi dirimu sendiri. Jika kalian merasa belum bisa menjadi berkat bagi orang lain, ya setidaknya cobalah jangan menjadi batu sandungan untuk orang lain. Dengan berkendaraan ugal-ugalan, bukan hanya tidak menghargai berkat yang diberikan Yang Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan bagi kehidupan orang lain. Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak ingin kalian menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti.”

sumber
0

Pemandu Masa Depan

Kamis, 28 April 2011




















Ada ungkapan, "You are what you think", Anda adalah apa yang Anda pikirkan.  Ungkapan itu menunjukkan bahwa kondisi kita saat ini merupakan hasil pikiran kita di masa lalu. Mungkin kita tak menyadarinya atau berusaha menghindarinya tetapi karena pikiran itu begitu kuat, pelan-pelan kita terbawa arusnya juga.

Pikiran merupakan pemandu masa depan kita. Sampai-sampai ada yang mengungkapkan, jika kita memikirkan sesuatu dengan kuat dan berulang-ulang, alam dengan sendirinya akan memilihkan cara setiap saat sehingga kita makin dekat dengan apa yang kita pikirkan tak peduli apakah pikiran itu positif atau negatif.

Seorang anak yang sejak kecil diingatkan bahwa menjadi orang baik itu mulia, dalam setiap langkahnya ia akan menemukan jalan untuk menjadi orang baik. Jika ia diajarkan untuk berani, setelah dewasa ia akan jadi pemberani. Begitu pun juga, jika ia selalu ditakut-takuti oleh sesuatu hal, setelah dewasa ia akan jadi penakut. Malam yang gelap seolah menjadi ancaman yang siap menyergapnya. Siang yang terang seolah selalu siap membakarnya. Padahal semua itu hanya ada dalam pikirannya saja. Begitulah kuatnya suat pikiran.

sumber
0

Office-Boy Istana

Selasa, 26 April 2011




















Seorang lelaki melamar pekerjaan sebagai office- boy di istana. Staf istana mewawancarai dia dan memberi tugas membersihkan lantai sebagai tesnya. 

"Kamu diterima," katanya. "Berikan alamat e- mailmu dan saya akan mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai kerja."

Lelaki itu menjawab,"Tapi saya tidak punya komputer, apalagi e-mail." 

"Maaf," kata staf itu. "Kalau kamu tidak punya e-mail, berarti kamu tidak hidup dan tidak bisa diterima bekerja."

Lelaki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan sedikit uang di dalam kantongnya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi ke pasar & membeli 10 kg tomat. Ia menjual tomat itu dari rumah ke rumah (door-to-door).Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia melakukan pekerjaan ini tiga kali, dan pulang dengan membawa uang yang cukup untuk hidup beberapa hari. Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini. 

Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang lebih larut. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli gerobak, lalu truk, dan akhirnya ia memiliki armada kendaraan pengiriman sendiri.

Lima tahun kemudian, lelaki yang tekun dan pekerja keras itu sudah menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar. Ia mulai merencanakan masa depannya bersama keluarga dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.

Ia menghubungi broker asuransi. Sang broker pun menanyakan alamat e-mailnya. Lelaki itu menjawab, "Saya tidak punya e-mail."

Sang broker bertanya dengan penasaran, "Anda tidak punya e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau punya e-mail?!"

Lelaki itu menjawab, "Ya, saya menjadi office boy di istana!!"


0

Sahabat Sejati

Senin, 25 April 2011

















Sahabat-sahabat sejati adalah mereka yang mengeluarkan hal-hal terbaik (bring out the best) dari dalam diri kita. Kita akan merasa lebih baik, bukan merasa lebih buruk, ketika berada di dekat mereka.

Teman-teman yang baik adalah teman-teman yang bisa membuat kita berani menjadi diri sendiri. Ketika bersama dengan mereka, kita berani BERMIMPI.

Sahabat/teman sejati juga merupakan mereka yang mengerti masa lalu kita, yakin dengan masa depan kita, dan mampu menerima apa adanya kita hari ini..

Sahabat/teman dekat bertindak sebagai cheeleader / suporter dalam kehidupan kita. Mereka dengan setia hadir dalam masa-masa di mana kita merasa down dan putus asa saat menjalani proses mencapai sukses..

Jauhi orang-orang yang selalu meremehkan impian-impian kita. Biasanya mereka itu seorang "medioker". Sebaliknya, beradalah dekat dengan seorang "achiever", yang justru akan meyakinkan bahwa kita mampu meraih impian-impian kita. 


0

Anda adalah Apa yang Anda Pikirkan

Minggu, 24 April 2011














Dikisahkan, seorang ibu muda memiliki 2 orang putra. Sayangnya si putra bungsu mengalami pertumbuhan kemampuan berpikir yang lamban, tidak memiliki kecerdasan seperti sang kakak. Jadilah dia anak yang pemalu, rendah diri dan sering dilecehkan oleh teman2 di sekolahnya.

Tugas sebagai ibu merangkap tulang punggung keluarga, membuatnya kelelahan, sehingga kelambanan si bungsu pun sering menjadi sasaran kemarahan dan kejengkelannya. Kata-kata kasar, seperti: "dasar anak bodoh" dan sejenisnya seolah menjadi santapan sehari-hari buat si bungsu.

Ucapan sang ibu maupun ejekan dari teman-teman, meyakinkan si bungsu bahwa dirinya anak yang menyusahkan dan memalukan keluarganya. Kekecewaan terhadap diri sendiri tercermin pada kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari. Setiap bangun pagi, saat menatap wajah sendiri dari pantulan kaca cermin, dia memulai kegiatan dengan menyapa diri yang ada di cermin sambil berucap lirih dan sedih, "Si bodoh sedang mencuci muka", "Si bodoh mulai menyikat gigi," "Si bodoh lagi mandi," "Si bodoh berangkat ke sekolah," dan seterusnya.      

Waktu terus berjalan …

Diceritakan, sebagai warga negara dewasa, ada wajib militer yang harus dijalani. Maka, si putra bungsu ini pun mendaftar dan mulai mengikuti berbagai tes: tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes yang lain. Saat hari pengumuman, dia dipanggil menghadap ke dewan penguji.

"Ah... Aku si bodoh, bisakah lolos tes kali ini?" katanya dalam hati, sambil memasuki ruangan dengan kepala tertunduk. Sungguh tidak diduga sama sekali, hasil tesnya ternyata mendapat pujian tertinggi dari dewan penguji. "Selamat anak muda! Hasil tes Anda luar biasa!! Anda sungguh pemuda yang hebat dan berbakat." Mendapat pujian seperti itu, dia seolah tidak mempercayai telinganya sendiri. Kata-kata dewan penguji adalah penemuan sisi baru dirinya yang tidak diketahui sebelumnya. Suara itu terus bergema di pikirannya, menumbuhkan kebanggaan, memotivasi setiap sikap dan tindakannya yang mencerminkan bahwa dirinya orang hebat dan luar biasa. Mulailah siklus hariannya berubah, "Aku, orang hebat sedang mandi," "Si hebat mencuci muka," "Pemuda berbakat lagi mengosok gigi," dan seterusnya. Kepercayaan diri dan citra dirinya meningkat luar biasa.
Hingga  20 tahun kemudian, si bungsu membuktikan dirinya sebagai salah seorang pengusaha sukses yang disegani, dihormati, dan menerima banyak penghargaan.   

Teman2 yang Luar Biasa!

Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benak  kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan. Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.

Kalau kita selalu berkata: "Mana mungkin aku bisa sukses?", "Aku sulit berhasil," maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan. Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, "Aku bisa sukses, "Aku mampu," besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara sehingga kesuksesan bisa diraih persis seperti yang diyakini dan kita pikirkan.

Jadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan YOU ARE WHAT YOU THINK. Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan! Mari, miliki citra diri yang sehat! Miliki keyakinan diri yang mantap


0

6 Pertanyaan Sederhana

Sabtu, 23 April 2011




















Suatu hari, seorang Guru Zen berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu, beliau mengajukan enam pertanyaan.

Pertama: "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya ada yang menjawab: " orang tua", "guru", "teman", dan "kerabat" .
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi sebenarnya yang paling dekat dengan kita adalah "napas".
Maka, sadari bahwa hidup itu penuh berkah. Jangan sia-siakan napas Anda untuk hidup sekarang juga dengan bersyukur.

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua: "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya ada yang menjawab: "negara di seberang lautan", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" .
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu."
Siapa pun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu.
Maka, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang. Jadikan kenangan dan pelajaran baik untuk menjalani hidup saat ini.

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga: "Apa yang paling besar di dunia ini?"
Murid-muridnya ada yang menjawab: "gunung", "bumi", dan "matahari".
"Semua jawaban itu benar," kata Sang Guru. "Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah mimpi."
Mimpi adalah awal dari kenyataan yang akan datang. Dengan mimpi, manusia akan bisa berkembang lebih beradab dan bijaksana.

Pertanyaan keempat adalah: "Apa yang paling berat di dunia ini?"
Di antara muridnya ada yang menjawab: "baja", "besi", dan "gajah".
"Semua jawaban hampir benar", kata Sang Guru, "tapi yang paling berat adalah tidak berkarya dan tidak memegang amanah."

Pertanyaan yang kelima adalah: "Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Ada yang menjawab: "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" .
"Semua itu benar", kata Sang Guru, "tapi yang paling ringan di dunia ini adalah tersenyum".
Dengan senyuman saja, hidup Anda akan penuh berkah.

Lalu pertanyaan keenam (terakhir) adalah: "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak: "PEDANG!!"
"(Hampir) benar", kata Sang Guru, "tetapi yang paling tajam adalah tekad."
Dengan tekad, Anda telah memenangkan 50% keberhasilan / kesuksesan!!

sumber
0

Mengubah Dunia

Jumat, 22 April 2011
















Ketika aku masih muda dan bebas berhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia, seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit, lalu ku putuskan untuk hanya mengubah negriku namun tampaknya, hasrat itupun tiada hasilnya.
Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang yang paling dekat denganku. tetapi celakanya, merekapun tidak mau diubah! dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba ku sadari:
“Andaikan yang pertama -tama kuubah adalah Diriku,
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki Negriku
Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!”
0

Garam dan Telaga

Kamis, 21 April 2011

















Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya…”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping. Pak Tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua tersebut lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamua merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”.
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu adalah wadah itu. perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar dari hal itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
0

Paku

Selasa, 19 April 2011





















Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku dipagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah…Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya, tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar “hmmmm..kamu telah berhasil dengan baik anakku,tapi, lihatlah lubang-lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.

“Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini…dihati orang lain".

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang,lalu mencabut pisau itu…Tetapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.
0

Jadilah Seperti Sebatang Bambu…















Alkisah disuatu desa yang begitu rindang, yang dipenuhi dengan perpohonan disekitarnya, tumbuhlah sebuah pohon mahoni yang begitu besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa kuatnya dia, yang terlihat gagah. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun yang melihatnya. Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu berada, tumbuhlah sebatang bambu yang mendampingi pohon mahoni tersebut. Namun apabila dilihat dari kasat mata, sungguh suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi, pohon mahoni yang begitu gagahnya dengan ranting-ranting besar yang menghiasinya, dan sebatang bambu yang begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah.
Walaupun mereka berbeda, namun mereka selalu hidup berdampingan, sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni setiap harinya, mereka berbincang dan berbincang. Pohon mahoni selalu suka menyombongkan dirinya, betapa besar dan hebatnya dia, sang bambu tidak pernah jemuh untuk mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum dia selalu membalasnya dengan pujian dalam ketulushatiannya.
Suatu malam hujan deras menguyur desa tersebut disertai angin yang berhembus dengan kencangnya. Suara gemuruh guntur turut membuat suasana cekam malam hari itu, banyak pohon-pohon bertumbangan, karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.
Sang pohon mahoni yang panik, berusaha menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut. Sang bambu yang berada disampingnya pun terkena tiupan angin kencang, namun dia tidak menahan deruan angin kencang, dia hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya, dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin, dan akhirnya angin kencang telah berlalu, sebatang bambu tetap tumbuh dengan indahnya, disamping pohon mahoni yang tumbang akibat terpaan angin kencang.
~Dalam pencapaian sukses, manusia selalu dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Namun menjadi insan yang sukses harus mampu menghadapi masalah tersebut dengan kefleksibelan diri kita mengikuti dan mengetahui sebenarnya masalah yang sedang kita hadapi dan melakukan penyelesaian dengan fleksibel. Seperti sebatang bambu yang mengikuti terpaan angin dengan fleksibel, begitu juga kita harus menyikapi masalah dan tidak kaku akan satu penyelesaian saja. Karena apabila kita hanya monoton, dan menggangap kita hebat tanpa berusaha fleksibel, dengan memberikan solusi yang sama pada suatu masalah, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang besar.


0

Lilin Harapan

Jumat, 15 April 2011















Alkisah…
Ada 4 lilin yang menyala
Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
lilin pertama berkata:
“Aku adalah DAMAI.”
“Namun manusia tak mampu menjagaku:
maka lebih
baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Lilin kedua berkata:
“Aku adalah IMAN.”
“Sayang aku tak berguna lagi.”
“Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
“Aku adalah CINTA”
“Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan
melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:
“lho apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu”
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
“Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap
dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
” Akulah H A R A P A N “
dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali
ketiga Lilin lainnya.
apa yang tidak pernah mati hanyalah
H A R A P A N